Mba ita mah enak…biar di rumah tetap bisa nyari duit…itu kalimat yang sering banget mampir ke kuping ku. Yup….bener….!!! Itulah enak nya jadi pengusaha…bisa tetap nyambi ngurus rumah sambil tetap dapat duit…he…he….itu jawaban versi sombong….
Biasa nya yang ngomong begini orang yang kenal aku sekarang..mereka tidak tau bagaimana ‘ita’ yang dulu.
Awal menikah aku seorang pengangguran, abis wisuda belum sempat kerja langsung dilamar. Hidup dirumah kontrakan kecil di pelosok kampung di kota Medan hanya berdua suami. Saat dia berangkat bekerja aku mulai benah benah rumah. Awal awal sih masih semangat masak, beres beres dan sore udah rapi nunggu suami dengan manis nya. Tapi masuk 3 bulan udah mulai bosen..hari hari selanjutnya di mulai dengan……..mengantar suami berangkat kerja dengan senyuman di depan pintu, lalu………bersiap tiduuuuuuuur lagi…ha..ha..ha…
Semua itu kujalani hampir 2 tahun kesepian dan gak punya ide kreatif apa2. Allah memberi kehamilan pada ku setelah 1.5 tahun berubah tangga. Lahir anak pertama kami Al faidz husain hilmi di tahun 2000. mengubah 100% gaya hidup kami. saat itu suami ku dalam masa transisi di pekerjaan nya. Merger Bank Nusa Nasional menjadi ke Bank Danamon. bisa dibayangkan,kekhawatiran PHK terus membayangi kami saat itu.
Karena gaji yang masih sangat kecil, maka kami tidak mampu menggaji asisten rumah tangga. Maka semua dilakoni sendiri. Tahun 2001 kami Hijarah ke jakarta karena suami ku lulus diterima kerja di Bank Mandiri. Kami tinggal menumpang di rumah orang tua ku. tahun 2002 lahir putra ke dua kami Omar dzaki hilmi dalam kondisi sangat prihatin dalam keuangan. Suami ku sangat gengsi menerima bantuan dana baik dari orang tua nya apalagi mertua. jadilah Omar lahir di klinik kecil yang ruang bersalinnya hanya memakai kipas angin kecil dan sangat sumpek. Bila saat anak pertama ku lahir suami ku tidak meneteskan airmata, tapi saat Omar lahir dia menangis…mungkin karena sedih melihat kondisi istri nya yang mandi keringat karena kepanasan dan melihat omar di bersihkan di dalam kamar mandi yang gelap karena tidak ada lampu nya.
mempunyai dua anak dengan gaji saat itu Rp. 2 jutaan tentulah sangat tidak cukup. Untuk ongkos dari cibubur ke kemayoran saja sudah menghabiskan separuh dari gaji tersebut. Alhamdulilah masih tinggal bersama orang tua ku dan mereka sangat sangat mengerti kondisi kami saat itu. sudah mulai terfikir untuk mulai usaha. tapi belum menemukan ide apa apa.
Tahun 2005 adalah tahun terberat dalam hidup ku. Mama ku tercinta termasuk korban tragedi Tsunami di Banda Aceh. ditambah lagi aku sedang hamil anak ke 3. plus sudah mulai pindah ke gubuk kecil rumah pertama kami yang kami beli dan bangun dengan segala daya upaya dan pengorbanan.
anak ke 3 ku lahir tepat 1 bulan sesudah Tsunami. saat masih di Rumah sakit, aku bernazar. bila aku melahirkan di tgl yang persis dengan tsunami terjadi, maka nama tengah anak ku akan aku tambahkan nama alm. mama. Subhanallah anak ku lahir persis jam 00.30 tgl 27 januari. dan setelah di fikir2 kembali tentu Athiya Zahira Hilmi anak ketiga ku akan menyandang nama yg berat bila nazar itu harus dipenuhi. Alhamdulilah Allah Maha Tau..
Naah..setelah anak ke tiga lahir mulai laaaaah kesulitan demi kesulitan terjadi. Aku sudah tidak mampu menghandle pekerjaan rumah tangga sendiri dengan 3 anak yang masih kecil2 , Faidz 4 tahun, Omar 2 tahun dan Tya baru lahir. Kebutuhan akan asisten rumah tangga semakin mendesak. Gaji maah tetap. Dalam kondisi Kepepet ini lah biasa nya Ide akan datang.
Aku mulai usaha denga jualan burger, roti panggang dan roti pizza di teras rumah ku. Alhamdulilah karena di kompleks ku tidk ada warung sejenis dan rumahku persis di belakang mesjid yang jadi pusat keramaian saat sore. dagangan ku laris manis. Tapi tidak bertahan lama karena asisten ku mengeluh setiap pembeli datang. kewalahan karena harus meninggalkan pekerjaan nya dan menjagai anak2 ku saat aku melayani pembeli
Akhirnya usaha ini kami tutup dengan diiringi kekecewaan pelanggan pelanggan ku yang setia. Kami mulai melirik pembuatan susu kedelai. Untuk demi memperoleh rasa yang pas. kami mulai dengan beberapa kali eksperimen. sampai akhirnya kami mendapatkan takaran yang pas. Pembagian tugas di lakukan, malam sebelum tidur aku merendam kacang kedelai yang sdh di bersihkan dari sampah2 nya. Jam 4 pagi suami ku mulai membelender dan menyaring nya di panci besar. jam 5 dia subuhan ke mesjid, aku mulai memasak susu kedelai nya sebelum anak2 bangun.
jam 6 pagi mulai membungkus2 nya di plastik2 kecil dan mengantar nya ke warung dan tkg sayur keliling. Alhamdulilah dari mulai 20 plastik sampai kami mulai memproduksi 70 plastik perhari. pembeli pun mulai datang langsung ke rumah kami. Tapi kembali usaha ini harus kami tutup karena kejadian yang sangat menggemparkan terjadi. Cerita nya ada disini
Akhirnya hari hari selanjutnya mulai hidup TANPA USAHA. tapi kebutuhan semakin mendesak….
Kemudian Allah menunjukkan jalan nya……….
ntar sambung lagi yaaaa…….
tunggu yaaaaaa